Laman

Minggu, 24 November 2013

cukup

Benar ketika mencari tau sama dengan mencari luka.
Tapi ternyata tak sengaja tau sama dengan dapati luka-luka.
Berapa ratus kalimat bercerita tentang luka yang tak kunjung sembuh.
Berapa kali mulut berbusa meracau tentang luka yang tak temui obatnya. cukup.

Tak lagi menyentuh kata menunggu.
Jika tak ada lagi yang harus ku tunggu. cukup.

Aku terbuai dengan penerimaan yang kau sebut proses.
Mungkin aku terlalu menikmati prosesmu dalam sakit yang kau anggap wajar.
Sedang kau tak ijinkan aku menuntut prosesmu dipercepat.
Hanya demi membebaskan ku dari seluruh rasa sakit ini.
Aku tak mau lagi terbodohi berkali-kali oleh bualan janji.
Janji yang lagi-lagi hanya harapan yang kau sebut proses. cukup.

Pernahkah kau ingin menjelaskan banyak hal sebagai bukti bahwa kau tak gila?
Iya. Aku sering. Bahkan setiap saat ketika banyak orang bertanya mengapa aku tetap begini.
Menunggu kepulangan. Tak mampu menjelaskan.
Hanya karna tak mau melanggar janji untuk menyimpan rapat rencana yang kau sebut proses.
Hanya karna tak mau menjadi penghalang prosesmu.
Betapa aku harus menikam perasaan ego pada seluruh tanya dari semua orang.
Mengatakan, "aku tak gila, percayalah dia berjanji akan pulang"
Betapa aku harus menahan ego pada komentar tentang kabahagiaan barumu.
Mengatakan, "sandiwara, percayalah dia berjanji akan pulang"
Aku tak gila. Aku menyimpannya. Demi prosesmu.
cukup.

Taukah bahwa kau meninggalkan rumah.
Rumah yang sempat kau kunjungi, lalu pergi.
Bahwa kau berjanji akan pulang.
Taukah bahwa rumahmu tak pernah beranjak pergi.
Menunggu pemiliknya penuhi janji.
Taukah bahwa rumahmu sekuat usahanya tetap bertahan tak goyah termakan waktu.
Berkali-kali sendiri menjaga rumahmu, yang kau dan aku bangun.
Padahal tak sedikitpun ku ingat kau sekedar bertanya tentang rumahmu.
Mungkin kau lupa. Karna kau temukan rumah baru yang ku sebut persinggahan.
Aku anggap kau bodoh jika memilih tetap pulang pada rumah yang tak lebih sempurna dari persinggahanmu.
Bukankah sedikit orang yang mau kembali pada akarnya ketika mencapai puncak?
Iya. Aku paham. cukup.

Mungkin kau juga lupa tentang janjimu.
Segampang berdalih bahwa Tuhan adalah sutradara hidup.
Aku paham.
Semudah kau katakan tak pernah ada janji.
Menyuruhku berjalan pada skenario Tuhan.
Aku paham.
Tapi aku tak lupa ingatan.
Aku hanya memintamu membuktikan seluruh omonganmu.
Membuktikan bahwa kau bukan pembual.
Tapi aku lupa satu hal. Bahwa kau laki-laki.
cukup.

Tak lagi aku mau peduli tentangmu.
Juga persinggahanmu.
Aku hanya ingin tinggal dalam rumahku tanpa terusik olehmu.
Aku tak percaya lagi kau akan pulang.
Percayalah persinggahanmu lebih sempurna.
Bahwa rumahmu hanya seperti rongsokan yang dulu sempat kau tinggali.
Aku hanya ingin tanpamu.
Aku hanya ingin tanpamu.
Aku hanya ingin tanpamu.
Menikmati sakit yang kau tinggalkan. cukup.



00 : 42 WIB
H-1 setahun harusnya aku melupakanmu. Peringatan yang tak perlu diperingati. Hari yang tak perlu diingat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lucky Charms Rainbow